Maksud dari judul di atas ialah perbandingan antara volume kayu ketika masih dalam kondisi log atau gelondong dengan volume kayu ketika sudah digergaji berbentuk papan atau sirap. Kalau menurut pengalaman aku eksklusif selama ini, perbandingan antara volume log atau gelondong dengan volume ketika kayu tersebut digergaji ialah 10 : 4.
Gambaran gampangnya ibarat ini : katakanlah ketika masih dalam kondisi log, volume kayu tersebut ialah sebanyak 10 meter kubik (M³), maka, pada ketika kayu log tersebut digergaji berupa papan atau sirap, yang keluar (yang sanggup dipakai) tinggal 4 meter kubik (M³) atau 40% saja (baca cara menghitung volume kayu).
Lalu kemanakah volume kayu yang hilang itu (60% sisanya)?
Sekitar 60% volume kayu yang hilang (bagian yang tidak sanggup dipakai) tersebut telah bermetamorfosis limbah, yakni berupa sebetan (pinggiran atau kepingan yang akrab dengan kulit kayu), dan serbuk gergajian.
Apakah perbandingan tersebut benar-benar valid dan sanggup dijadikan patokan?
Perbandingan tersebut memang tidak benar-benar valid, tapi sanggup dijadikan patokan atau sekedar pegangan dasar untuk mengemal atau mengetahui persentase volume kayu yang didapat dari kondisi log ke kondisi gergajian. Mengapa aku bilang sanggup dijadikan patokan? Sebab, meskipun perbandingan tersebut tidak valid, tapi hasil kesudahannya niscaya tidak akan jauh dari angka itu. Perbandingan 10 : 4 tersebut ialah perbandingan terkecil, jadi masih ada kemungkinan konversinya sanggup lebih banyak lagi, mungkin sanggup 10 : 5 atau malah lebih.
Mengapa perbandingan tersebut tidak benar-benar valid?
Alasannya simpel, ibarat yang kita ketahui, bentuk fisik batang antara kayu yang satu dengan kayu lain tidak selalu sama. Padalah bentuk fisik batang pada kayu (kayu log) tersebut merupakan faktor yang sangat besar lengan berkuasa terhadap banyak sedikitnya nya volume yang didapat ketika kayu tersebut digergaji nantinya. Contoh: banyak volume kayu yang didapat dari kayu yang berbatang lingkaran tentu berbeda dengan volume yang didapat dari kayu yang bentuk batangnya tidak beraturan (berbentuk blimbing). Dan sudah niscaya kayu log yang berbatang lingkaran akan menghasilkan volume yang lebih banyak ketika diproses atau digergaji nantinya dari pada kayu log yang bentuk batangnya tidak beraturan.
Gambaran gampangnya ibarat ini : katakanlah ketika masih dalam kondisi log, volume kayu tersebut ialah sebanyak 10 meter kubik (M³), maka, pada ketika kayu log tersebut digergaji berupa papan atau sirap, yang keluar (yang sanggup dipakai) tinggal 4 meter kubik (M³) atau 40% saja (baca cara menghitung volume kayu).
gambar dari http://www.jatinugroho.com |
Lalu kemanakah volume kayu yang hilang itu (60% sisanya)?
Sekitar 60% volume kayu yang hilang (bagian yang tidak sanggup dipakai) tersebut telah bermetamorfosis limbah, yakni berupa sebetan (pinggiran atau kepingan yang akrab dengan kulit kayu), dan serbuk gergajian.
Apakah perbandingan tersebut benar-benar valid dan sanggup dijadikan patokan?
Perbandingan tersebut memang tidak benar-benar valid, tapi sanggup dijadikan patokan atau sekedar pegangan dasar untuk mengemal atau mengetahui persentase volume kayu yang didapat dari kondisi log ke kondisi gergajian. Mengapa aku bilang sanggup dijadikan patokan? Sebab, meskipun perbandingan tersebut tidak valid, tapi hasil kesudahannya niscaya tidak akan jauh dari angka itu. Perbandingan 10 : 4 tersebut ialah perbandingan terkecil, jadi masih ada kemungkinan konversinya sanggup lebih banyak lagi, mungkin sanggup 10 : 5 atau malah lebih.
Mengapa perbandingan tersebut tidak benar-benar valid?
Alasannya simpel, ibarat yang kita ketahui, bentuk fisik batang antara kayu yang satu dengan kayu lain tidak selalu sama. Padalah bentuk fisik batang pada kayu (kayu log) tersebut merupakan faktor yang sangat besar lengan berkuasa terhadap banyak sedikitnya nya volume yang didapat ketika kayu tersebut digergaji nantinya. Contoh: banyak volume kayu yang didapat dari kayu yang berbatang lingkaran tentu berbeda dengan volume yang didapat dari kayu yang bentuk batangnya tidak beraturan (berbentuk blimbing). Dan sudah niscaya kayu log yang berbatang lingkaran akan menghasilkan volume yang lebih banyak ketika diproses atau digergaji nantinya dari pada kayu log yang bentuk batangnya tidak beraturan.
0 Response to "Persentase Volume Kayu Yang Didapat Dari Kondisi Log Ke Kondisi Papan Atau Sirap"
Posting Komentar