Jepara memang pusatnya mebel furniture kayu. Di kota ini banyak penjual dan produsen mebel furniture dari kayu, khususnya kayu jati. Dunia perjuangan yang satu ini memang cukup menjajikan. Banyak orang belomba-lomba mesarkan dagangannya. Yang unik, di kota ukir ini banyak juga dijumpai pedagang kayu jati gelondongan. Khusus artikel ini kita akan membahas perjuangan mebel kayu gelondongan.
|
kayu jati gelondong |
Dalam dunia
usaha kayu jati gelondongan ada beberapa hal yang mesti diperhatikan. Usaha berdagang kayu jati gelondongan harus mempunyai modal yang cukup lumayan, mengingat harga kayu jati yang tiap tahun meningkat. Masalah utama berdagang kayu gelondongan, biasanya terletak pada pembayaran. Biasanya pembeli kayu jati gelondong di Jepara membeli dengan cara diangsur atau dicicil. Istilahnya mungkin bukan kredit, tetapi membayar bertahap tanpa bunga dan tanpa jaminan. Hal ini terjadi alasannya ialah biasanya penjual dan pembeli telah sama - sama tahu satu dengan yang lainnya. Biasanya pembayaran pertama, kedua, dan ketiga lancar. Selanjutnya bayar setengahnya, kemudian lama-lama menggantung dan ujung-ujungnya tidak terbayar. Kalau penjual masih mau jalan, terpaksa harus nambah modal lagi untuk melanjutkan bisnis. Penjual biasanya harus mempunyai modal yang berlapis-lapis alasannya ialah pembeli yang kurang mau disiplin dalam membayar.
Kendala atau problem kedua, soal mulai terbatasnya hutan jati di jawa khususnya dan di Indonesia umumnya. Penebangan liar terjadi dimana-mana. Pencurian kayu semakin hari semakin menjadi-jadi. Gergaji mesin yang memudahkan penebangan menciptakan mudahnya penghabisan pohon jati. Memang ada beberapa pihak yang menanam, menyerupai dinas kehutanan atau perhutani setempat, tetapi banyak juga yang menumbangkan. Sekarang mulai sedikit pohon-pohon jati yang berukuran besar. Bahkan kini pohon jati berukuran kecil sudah laris dijual. Banyak pengusaha mebel yang memakai kayu belum siap tebas hanya ingin melayani pembeli. Padahal kayu jati muda kualitasnya tidak baik. Hal semacam ini sangat merugikan pembeli
mebel furniture.
Kendala ketiga, mahalnya biaya transportasi pengangkutan kayu gelondongan. Untuk problem yang ini sesungguhnya ada hubungannya dengan aparat. Sudah menjadi diam-diam umum kalau terjadi pungli pada setiap pengiriman kayu gelondongan. Sudah lazim terjadi, kalau banyak pegawanegeri yang memanfaatkan para sopir truk pengangku kayu untuk dijadikan penghasilan tambahan. Para sopir-sopir itu harus rela mengeluarkan biaya 'siluman' sepanjang jalan yang dilewati. Sangat lumrah bila tidak punya modal besar, tidak dapat
berbisnis kayu jati gelondongan.
0 Response to "Beberapa Duduk Kasus Dalam Berbisnis Kayu Jati Gelondong"
Posting Komentar