Seringkali saya mendengar dari rekanan dalam bidang furniture kayu yang menyampaikan bahwa industri kayu dan produk kayu di Indonesia terutama untuk pasar internasional cenderung semakin menurun alasannya harga jual yang tidak kompetitif. Kesimpulan tersebut ada benarnya tetapi masih ada hal-hal lain yang dicari para pembeli/peritel untuk tetap impor furniture dari Indonesia walaupun harganya sedikit lebih mahal dari negara lain.
Secara teknis mereka akan melihat kondisi pabrik furniture dari beberapa aspek berikut ini.
Manajemen Material
Pembeli cenderung lebih percaya pada pabrik yang konsisten memakai kayu jenis tertentu dalam waktu panjang. Mengapa? Sebuah pabrik yang mempunyai pengalaman mengolah kayu yang sama dalam beberapa tahun artinya juga mempunyai keahlian mengolah kayu secara lebih baik. Selain itu pengontrolan ihwal sumber materi baku kayu juga akan lebih luas dan terencana. Tidak seharusnya ada alasan untuk mengajukan pengunduran aktivitas ekspor alasannya stok kayu tidak mencukupi.
Peralatan Kerja
Pabrik furniture kalau tidak mempunyai alat pengering kayu sama ibarat sebuah restoran tanpa alat memasak. Kiln Dry mutlak harus dimiliki dan harus dijaga biar kualitas alat pengering tidak diragukan hasilnya. Proses pengeringan kayu yang baik yakni kuncinya. Walaupun teknologi yang dipakai tidak secanggih yang dimiliki oleh pabrik di luar negeri, yang penting aturan-aturan teknis untuk menghasilkan kayu kering dapat diandalkan.
Tim QC
Hal ini yang kadang dilupakan oleh beberapa pabrik kayu di Indonesia. Aturan bahwa tim QC (Quality Control) harus terbebas dari struktur organisasi pabrik masih belum diadopsi sepenuhnya di beberapa pabrik kayu. Hanya beberapa pabrik skala besar yang mengaplikasikan struktur QC berada di luar struktur administrasi produksi.
Selain secara struktur, pengalaman para Quality Controller juga kadang kala ditanyakan.
Kapasitas Produksi
Para peritel besar mengakibatkan hal ini sebagai evaluasi yang porsinya lebih besar daripada hal tersebut di atas. Tidak hanya kecepatan menciptakan produk kayu dalam hitungan jumlah kontener, namun termasuk juga kapasitas produksi sebuah pabrik secara keseluruhan baik dari kapasitas sumber materi baku, kecepatan produksi dan kapasitas menyimpan barang jadi dalam jangka waktu tertentu. Luas gudang yang besar akan tetapi gudang materi bakunya kecil bukan jaminan untuk mempunyai kapasitas produksi yang baik. Selama pemasokan materi baku sampai penyelesaian produk berjalan seimbang, peritel akan lebih percaya untuk menyampaikan order yang sesuai.
Kualitas barang
Jangan lupa bahwa hal ini yang paling penting dari semua hal di atas. Seberapa besar kapasitas produksi pabrik dengan jumlah QC yang banyak dan mesin produksi yang sangat canggih, akan tetapi kalau kualitas produk yang dihasilkan tidak sepadan, pada hasilnya pembeli tidak akan mengirimkan order mereka. Dan kualitas tidak berarti yang terbaik, akan tetapi kualitas yang sesuai dengan impian pembeli dalam hubungannya dengan konsumen di negara pengimpor.
Kaprikornus walaupun sebuah pabrik dapat menyampaikan harga jual yang sangat menarik tetapi tidak mempunyai kesepakatan untuk menjaga 5 hal tersebut di atas, niscaya cepat atau lambat akan kehilangan iman dari buyer.
Secara teknis mereka akan melihat kondisi pabrik furniture dari beberapa aspek berikut ini.
5 Keahlian Teknis Yang Paling Dicari
Manajemen Material
Pembeli cenderung lebih percaya pada pabrik yang konsisten memakai kayu jenis tertentu dalam waktu panjang. Mengapa? Sebuah pabrik yang mempunyai pengalaman mengolah kayu yang sama dalam beberapa tahun artinya juga mempunyai keahlian mengolah kayu secara lebih baik. Selain itu pengontrolan ihwal sumber materi baku kayu juga akan lebih luas dan terencana. Tidak seharusnya ada alasan untuk mengajukan pengunduran aktivitas ekspor alasannya stok kayu tidak mencukupi.
Peralatan Kerja
Pabrik furniture kalau tidak mempunyai alat pengering kayu sama ibarat sebuah restoran tanpa alat memasak. Kiln Dry mutlak harus dimiliki dan harus dijaga biar kualitas alat pengering tidak diragukan hasilnya. Proses pengeringan kayu yang baik yakni kuncinya. Walaupun teknologi yang dipakai tidak secanggih yang dimiliki oleh pabrik di luar negeri, yang penting aturan-aturan teknis untuk menghasilkan kayu kering dapat diandalkan.
Tim QC
Hal ini yang kadang dilupakan oleh beberapa pabrik kayu di Indonesia. Aturan bahwa tim QC (Quality Control) harus terbebas dari struktur organisasi pabrik masih belum diadopsi sepenuhnya di beberapa pabrik kayu. Hanya beberapa pabrik skala besar yang mengaplikasikan struktur QC berada di luar struktur administrasi produksi.
Selain secara struktur, pengalaman para Quality Controller juga kadang kala ditanyakan.
Kapasitas Produksi
Para peritel besar mengakibatkan hal ini sebagai evaluasi yang porsinya lebih besar daripada hal tersebut di atas. Tidak hanya kecepatan menciptakan produk kayu dalam hitungan jumlah kontener, namun termasuk juga kapasitas produksi sebuah pabrik secara keseluruhan baik dari kapasitas sumber materi baku, kecepatan produksi dan kapasitas menyimpan barang jadi dalam jangka waktu tertentu. Luas gudang yang besar akan tetapi gudang materi bakunya kecil bukan jaminan untuk mempunyai kapasitas produksi yang baik. Selama pemasokan materi baku sampai penyelesaian produk berjalan seimbang, peritel akan lebih percaya untuk menyampaikan order yang sesuai.
Kualitas barang
Jangan lupa bahwa hal ini yang paling penting dari semua hal di atas. Seberapa besar kapasitas produksi pabrik dengan jumlah QC yang banyak dan mesin produksi yang sangat canggih, akan tetapi kalau kualitas produk yang dihasilkan tidak sepadan, pada hasilnya pembeli tidak akan mengirimkan order mereka. Dan kualitas tidak berarti yang terbaik, akan tetapi kualitas yang sesuai dengan impian pembeli dalam hubungannya dengan konsumen di negara pengimpor.
Kaprikornus walaupun sebuah pabrik dapat menyampaikan harga jual yang sangat menarik tetapi tidak mempunyai kesepakatan untuk menjaga 5 hal tersebut di atas, niscaya cepat atau lambat akan kehilangan iman dari buyer.
0 Response to "5 Keahlian Teknis Yang Paling Dicari"
Posting Komentar